Tiga Hari
Kurasa, mereka tau apa yang
kurasakan. Tangis, tawa, haru, semua pada diri kita. Dan semua itu sirna ketika
kita memang benar-benar berada dalam kebimbangan. Antara ada dan tiada. Berawal
dari ide gila yang kau berikan padaku, dimulai dari indahnya persahabatan yang
kau berikan lagi kepadaku, bermula pada rasa yang saling memaafkan dan berakhir
bagai ronde yang bertemu disebuah babak dimana kau yang merasa tersisih. Tersisih
karena salahku yang terlalu banyak tentara , sehingga tak ada ruang bagimu
untuk mencoba menyibak tempat kita sendiri.
Ku tau kau datang sebagai dewa
penolongku saat ku rapuh akan suatu hal, ku tau kau datang sebagai peri yang
membangunkanku dari keterpurukan, dan sampai akhirnya ku tahu kau datang hanya
untuk menghiburku dikala ku haus akan kesenangan. Kini kau tak datang ketika
rencana kita bermula, bahkan terasa sulit ketika kau lontarkan senyum tipis
padaku, orang yang tak tahu diri dan selalu membuatmu sengsara. Itu yang kau
rasakan ha?
Ku menyesali sesuatu yang tak
seharusnya ku sesali, mencoba bertahan namun jujur aku tak mampu melihat semua
yang kau torehkan padaku, aku tak bisa bertahan dengan semua yang kau perbuat
kali ini. Kesabaran yang ku miliki takkan habis, karna aku tau. Kau sahabatku. Aku
masih membutuhkanmu untuk dapat bertahan hidup, aku tak pernah merelakan dirimu
termakan oleh hasutan keji yang telah membuatmu seperti ini, aku tau kau bukan
tipe orang yang berhati kasar ketika melihatku gundah kesana kemari, dan aku
selalu berharap kata-kata itu keluar dari dalam hati kita masing-masing. Aku tau
karena sebenarnya kita satu tujuan. Dan aku tau kau ada disana untuk melihatku,
namun sayangnya kau tak ada disampingku saat ini. Aku akan bersabar menunggumu,
meyakinkan diriku bahwa kau akan kembali, menunggu kehadiranmu menjemput diriku
yang benar benar haus akan kesenangan melewati semua ini bersama. Tiga Hari
saja.
Komentar
Posting Komentar