NASKAH DRAMA PANDE GELANG DAN PUTRI ARUM
Pangeran Pande Gelang dan Putri Arum
Tokoh
1. Afifah
Munfaridah (03) sebagai Ratu
2. Andru
Irvanda Y (06) sebagai Pangeran Sae Bagus Lana (Pande
Gelang)
3. Anggit
Aprindrian P (07) sebagai Narator, rakyat, dan tetua Desa
4. Hana Edsa
Nabila (15) sebagai Putri Arum
5. Ranu
Wibisono (27) sebagai Pangeran Cunihin
6. Sanjaya
Siroj D (29) sebagai Pengawal, Guru
7. Septia Tri
P (30) sebagai Narator dan rakyat desa
Disuatu desa di daerah Banten, hiduplah seorang putri
raja bernama Putri Arum. Wajahnya cantik nan rupawan, kulit dan hatinya lembut
selembut sutra. Tak mengherankan jika banyak pangeran yang ingin menjadikannya
sebagai permaisuri.
Suatu hari Pangeran
Bagus dan Pangeran Cunihin pergi meninggalkan istana.
Pangeran Cunihin : “Wahai
sahabatku, sudah sekian tahun kita berguru ditempat ini dan
kurasa kini
aku sudah bosan dengan kehidupanku.”
Pangeran Bagus : “Benarkah
sahabatku? Tapi mengapa engkau merasa bosan?”
Pangeran Cunihin : “Karena aku
telah menguasai semua ilmu. Hahaha.”
Pangeran Bagus : “Ada ada
saja kau ini.”
Pangeran Cunihin : “Aku ingin
berkata pada dunia bahwa akulah orang yang paling
sakti.”
Pangeran Bagus : “Apakah
engkau melupakan sang Ratu?”
Pangeran Cunihin : “Ah, bahkan
aku sudah melupakan tahtanya sebagai Ratu.”
Pangeran Bagus :“Ingat
pangeran, kesaktianmu akan termakan oleh
kesombonganmu.”
Pangeran Cunihin : “Aku tak
peduli. Lihat pangeran, ada wanita
cantik disana. Mari kita
kesana.”
(menghampiri Putri Arum)
Pangeran Cunihin : “Halo gadis
cantik, apa yang sedang engkau pikirkan dipagi yang
cerah ini?”
Putri Arum :
(melihat kedua pangeran tanpa berkomentar apapun)
Pangeran Cunihin : “Ayolah
cantik, katakan saja padaku apa yang sedang kau pikirkan?”
Putri Arum : “Mau
kamu apa datang kemari?”
Pangeran Cunihin : ”Aku hanya
ingin menemuimu dengan segala kesaktianku.”
Putri Arum : “Apa
yang akan kau banggakan?”
Pangeran Cunihin : “Kan ku
kirimkan setangkai bunga untukmu pagi ini.” (mengeluarkan
bunga dari
tangan saktinya)
Putri Arum :
“Terima kasih, tapi aku tak butuh rayuanmu.”
Pangeran Bagus : “Hahaha,
pangeran pangeran sungguh malang dirimu. Mari kita
kembali ke
Istana.”
Sesampainya di Istana,
sang Ratu memerintahkan kepada pengawal kerajaan untuk mencari Pangeran Bagus
dan Pangeran Cunihin agar segera menghadapnya.
Pengawal : “Selamat
pagi pangeran, Ratu memerintahkan kepada hamba untuk
mencari
pangeran.”
Pangeran Cunihin : “Untuk apa
Ratu memanggil kami?”
Pengawal : “Saya
kurang tahu pangeran.”
Pangeran Bagus : “Sudahlah
pangeran mari kita temui ratu.”
Pangeran Bagus : “Kami
datang ratu, ada apakah gerangan sehingga ratu memanggil
kami?”
Ratu :
”Ada yang ingin ku bicarakan dengan kalian.”
Pangeran Cunihin : “Apakah
engkau akan memberikan tahta kepadaku, Ratu?”
Ratu : (melirik
sadis dengan pangeran Cunihin) ”Seberapa pantas kau akan
ku jadikan
penerus kerajaanku jika setiap ada gadis cantik kau selalu
menggodanya?”
Pangeran Cunihin : “Apa maksud
Ratu bekata demikian?”
Ratu :
”Pengawal kerajaan mendapat kabar bahwa salah satu pangeran
kerajaan
kita selalu mencari gadis untuk digodanya.”
Pangeran Cunihin : “Lalu Ratu
menuduh kami sebagai pelakunya?”
Ratu :
”Bukan kalian, tapi kau Cunihin. Pengembaraanmu ke desa bukan
untuk
memberi bantuan kepada rakyat tapi malah membuat malu
kerajaan
kita.”
Pangeran Bagus : “Maaf
Ratu, saya lancang. Namun pengembaraan kami bukan
bermaksud
seperti itu karena di desa tak ada masalah yang harus
kami
hadapi. Kami hanya ingin jala-jalan.”
Ratu :
”Akan ku hapuskan semua kesaktianmu jika kau masih seperti itu
Cunihin.”
Pangeran Cunihin : “Maafkan
hamba Ratu. Hamba mengaku salah.”
Ratu :
”Baiklah. Silakan pergi.”
Di pagi nan cerah,
pengawal mendapati sebuah surat yang diletakkan di kotak surat kerajaan. Dan
isinya adalah …
Pengawal : “Ada
sebuah surat untuk pangeran, Ratu.”
Ratu : ”Panggil
mereka kesini pengawal!”
Pengawal : “Baik,
Ratu.”
Dan merekapun datang,
Ratu :
”Ada sebuah surat untuk kau pangeran Bagus.”
Pangeran Bagus : “Dari
siapakah, Ratu?”
Ratu :
”Sebuah surat cinta dari kerajaan sebrang.”
Pangeran Cunihin : “Apakah dari
Putri Arum Ratu?”
Ratu :
”Ya. Dia berkata bahwa menyukaimu dan mengundangmu makan
malam
setelah maghrib nanti.”
Pangeran Bagus : “Apakah
itu benar, Ratu?”
Ratu :
”Ya. Pergilah bersama pengawalmu nanti malam.”
Pangeran Cunihin : “Saya,
Ratu?”
Ratu :
”Masih banyak tugas yang belum kau selesaikan malam ini.”
Pangeran Cunihin : (hanya
menunduk kecewa)
Rupanya pangeran Cunihin
tidak rela menerima kenyataan tersebut. Ternyata pangeran iri hati kepada Pangeran
Bagus Lana sehingga timbullah niatnya untuk
mencuri ilmu dan kesaktian Pangeran Sae Bagus Lana agar dapat merebut Putri
Arum.
Pangeran Cunihin : “Wahai
sahabatku, sudilah kiranya engkau memberikan Putri Arum
untukku.”
Pangeran Bagus : “Apa
maksud kamu pangeran? Bukankah dia tak menyukaimu?”
Pangeran Cunihin : “Dia akan
menyukaiku jika engkau musnah pangeran. Terima ini..!”
(dengan
geram, pangeran Cunihin berlari ke belakang Pangeran
Bagus dan
menyerap semua ilmunya, tanpa sadar ia pun dapat
dikalahkan
oleh Pangeran Cunihin dan kini menjadi seorang kakek
yang
berkulit hitam legam)
Sementara itu, Pangeran
Sae Bagus Lana yang sudah tidak berdaya datang menghadap kepada gurunya untuk
meminta petunjuk.
Pangeran Bagus : “Apa yang
dapat saya lakukan guru, kesaktian saya telah hilang
diserap oleh Pangeran Cunihin.”
Guru :
”Tak usah engkau khawatir. Buatlah sebuah gelang besar yang bisa
dilewati
oleh manusia. Gelang itulah yang dapat mengalahkan
pangeran
Cunihin. Jika dia melewati gelang tersebut maka seluruh
kesaktiannya
akan lenyap dan kembali padamu.
Pangeran Bagus : “Baik
guru.”
Setelah mendengar
nasihat sang guru, Pangeran Sae Bagus Lana pergi ke sebuah kampung untuk menjadi seorang pembuat gelang atau
“Pande Gelang” tanpa sepengetahuan Putri Arum dan sejak itulah ia dipanggil
dengan nama Pande Gelang.
Suatu hari ketika ia
melintas di Bukit Manggis, ia bertemu dengan seorang gadis cantik duduk termenung
seorang diri. Ternyata gadis itu adalah Putri Arum, lalu Pangeran mendekatinya.
Pangeran Bagus :
“Sampurasun!”
Putri Arum : “Ra…
rampes,” (sedih)
Pangeran Bagus : “Maaf jika
hamba mengagetkan Tuan Putri.” (memberi hormat)
Putri Arum :
(terpaku mengamati lelaki tua itu)
Putri Arum : “Maaf,
Aki siapa dan berasal darimana?”
Pangeran Bagus : “Nama
hamba Pande Gelang. Orang orang memanggil hamba ki
Pande.”
Pangeran Bagus : “Maaf Tuan
Putri sekiranya hamba boleh tahu mengapa Tuan Putri
tampak
gundah?”
Putri Arum : (diam
dan meneteskan air mata)
Pangeran Bagus : “Oh maaf
jika pertanyaan hamba telah menyinggung Tuan Putri.”
(Pangeran
Bagus meninggalkan putri Arum. Namun putri
mengikutinya
karena sebenarnya ia ingin bercerita)
Pangeran Bagus : “Kenapa
tuan putri mengikuti saya?”
Putri Arum : “Saya
ingin bercerita Ki, tetapi hanya untuk menghilangkan rasa
penasaran
ki pande. Selama ini saya tidak penah menceritakan
masalah
kepada orang lain karena tiada yang bisa membantunya.”
Pangeran Bagus : “Mengapa
tuan putri berkata demikian?”
Putri Arum :
“Masalah yang saya hadapi saat ini sangat berat, Ki.”
Putri Arum : “Saya
sangat sedih, karena Pangeran Cunihin memaksa saya untuk
menjadi
istrinya. Meskipun ia tampan, tetapi saya tidak suka
wataknya
yang bengis dan kejam. Namun saya tidak berdaya untuk
menghadapinya
karena ia sangat sakti mandraguna.
Pangeran Bagus : “Hamba
turut bersedih, tuan putri”
Putri Arum :
“Terima kasih ki atas keprihatinannya. Tadinya saya mengira wangsit
yang saya
terima benar adanya.”
Pangeran Bagus : “Maaf Tuan
Putri, wangsit apa yang Tuan Putri maksud?”
Putri Arum :
“Menurut wangsit yang saya terima melalui mimpi bahwa saya harus
menenangkan
diri dibukit ini. Kelak ada seorang pangeran yang
berbaik
hati membantu saya. Namun harapan itu hampir sirna,
pangeran
tak kunjung datang. Tiga hari lagi Pangeran Cunihin akan
datang
memaksa untuk menikahi saya.
Pangeran Bagus : “Maaf tuan
Putri, kalau boleh hamba menyarankan, sebaiknya tuan
putri
menerima Pangeran Cunihin itu.”
Putri Arum : “Tidak
bisa begitu, saya tak mencintainya.”
Pangeran Bagus : “Putri
tidak akan menerimanya begitu saja, tetapi dengan syarat
yang
berat.”
Putri Arum : “Apa
itu?”
Pangeran Bagus : “ Pangeran
Cunihin harus melubangi batu keramat hingga bisa dilalui
manusia.
Selain itu, batu keramat harus diletakkan disekitar pantai
sebelum
dilubangi dan beri waktu tiga hari”
Putri Arum : “Lalu
bagaimana selanjutnya ki?”
Pangeran Bagus : “Putri
tidak usah khawatir. Urusan selanjutnya serahkan kepada
hamba.”
Mendengar penjelasan
dari Pande Gelang, sang Putri semakin yakin untuk menerima saran tersebut.
Setelah itu ia mengajak Putri Arum untuk singgah dirumahnya guna mengatur
siasat. Perjalanan menuju rumah Pande Gelang sangat jauh sehingga membuat sang
putri lelah dan kemudian jatuh pingsan.
Akhirnya penduduk desa
datang untuk merawat sang putri.
Tetua Kampung : “Sang
Putri akan segera pulih jika ia meminum air gunning yang
memancar
dari batu cadas.”
Pangeran Bagus : “Akan saya
carikan.”
Setelah meminum air dari batu cadas, Putri Arum
kembali sehat. Dan setelah itu ia segera mengatur strategi bersama Pande
Gelang. Keesokan harinya, Putri Arum kembali ke istana dengan diantar beberapa
penduduk kampong. Sementara itu, pande Gelang sibuk membuat sebuah gelang besar
untuk dikalungkan di batu keramat itu.
Pada hari yang telah ditentukan, datanglah Pangeran
Cunihin mengajak Putri Arum untuk menikah dengannya. Putri Arum pun mengajukan
syarat sebagaimana yang disarankan oleh Pande Gelang.
Putri Arum : “Kamu
boleh menikahiku, tapi dengan satu syarat kamu harus
membawa
batu cadas ke pantai lalu melubanginya.”
Pangeran Cunihin : “Ha,
sungguh mudah syaratmu itu Tuan Putri. Tapi apa maksud dari
syaratmu
itu?”
Putri Arum : “Batu
cadas itu untuk bulan madu kita Pangeran. Kita bisa duduk
diatas batu
itu sambil menikmati indahnya pemandangan laut.
Bukankah
itu sangat menyenangkan Pangeran?”
Pangeran Cunihin : “Oh,
sungguh bulan madu yang menyenangkan. Tuan Putri memang
seorang
putri yang romantis.”
Tanpa perasaan curiga lagi, Pangeran Cunihin segera
melaksanakan syarat itu. Dalam waktu tiga hari, ia berhasil menemukan batu
cadas yang disyaratkan dan kemudian membawanya ke sebuah pantai yang indah.
Setelah berhasil menemukan sang batu keramat, Pangeran
Cunihin lalu menjemput Putri Arum ke istana. Sementara itu, Pande Gelang yang
selalu memperhatikan gerak gerik Pangeran Cunihin langsung meletakkan gelang
besar pada batu keramat itu. Tiba tiba …
Pangeran Cunihin : “Hai, tua
Bangka! Apa yang kamu lakukan disini?”
Pangeran Bagus : “Saya
datang kemari untuk merebut kembali kesaktian dan Putri
Arum yang kamu rampas dariku.”
Pangeran Cunihin : “Ha!
Bukankah aku pernah bilang bahwa kamu tidak pantas menjadi
pemenang.
Lihatlah sang putri telah menjadi milikku
selamanya,
hahaha !!!” (tertawa)
Putri Arum :
(heran)
Pangeran Cunihin : (sambil
menarik tangan Putri Arum) “Lihatlah, wahai Tuan Putri!
Keinginanmu
telah terwujud. Sungguh sebuah tempat yang indah dan
romantis
untuk bulan madu kita.”
Sementara itu di kerajaan …
Pengawal : “Ratu,
apakah Ratu berkenan untuk pergi ke pantai?”
Ratu :
”Untuk apa aku pergi kesana pengawal?”
Pengawal :
“Pangeran Cunihin akan menikah dengan Putri kerajaan sebrang.”
Ratu :
”Apa? Nekat sekali anak itu. Mari kita kesana.”(berjalan menuju
pantai)
Putri Arum : “Ehm,
maaf pangeran. Barangkali saya terlalu gembira sehingga tidak
bisa
melihat lubang pada batu keramat ini. Sudikah Pangeran
membuktikan
bahwa batu ini berlubang?”
Ratu :
”Ada apakah ini?”
Semuanya : ”Hormat
kami, Ratu.”
Pangeran Cunihin : “Ratu,
izinkanlah hamba untuk menikah dengan Putri Arum. Maka
hamba akan
melewati lubang batu ini.”
Baru beberapa langkah ia berjalan dalam lubang batu
itu, tiba-tiba seluruh tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa. Ia pun
berteriak keras karena tidak kuat menahan sakit. Begitu ia selesai melewati
lubang itu, seluruh kekuatannya hilang dan ia pun berubah menjadi seorang tua
renta.
Akhirnya pada saat yang
bersamaan, Pande Gelang merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir masuk ke
dalam tubuhnya. Semua ilmu dan kesaktiannya kini kembali. Wajahnya pun kembali
seperti sedia kala.
Putri Arum : (heran
dan kaget)“Akang, bagaimana ini semua bisa terjadi?”
Ratu :
”Ceritanya panjang gadis cantik, mari kita ke istana. Pengawal, bawa
Pangeran
Cunihin kembali ke istana.”
Pengawal : “Baik,
Ratu.”
Pangeran Pande Gelang pun menceritakan semua kejadian
yang dialaminya selama ini. Mendengar cerita itu, Putri Arum membenarkan wangsit
yang telah diterimanya itu.
Beberapa hari kemudian,
Putri Arum menikah dengan Pangeran Sae bagus Lana dan mereka hidup bahagia selamanya.
SELESAI
Komentar
Posting Komentar