Dua Hari


 
Tak ku sangka kini mulai terasa, antara ada dan tiada itu benar adanya. Tak pernah ku permainkan kesabaran yang selama ini terbenam jauh di lubuk hati. Dan tiba saatnya ketika sedikit demi sedikit semua memecah keheningan yang ada dalam rongga hati. Tak ku sangka, setiap ku mendengar namamu hati ini bergetar. Bergetar kekecewaan yang sulit diungkap. Ungkapan rasa yang selalu ingin dilontarkan. Rasa yang selama ini dipendam. Terpendam jauh dalam lubuk hati dan tak ingin terungkap. Terungkap hanya dalam mimpi belaka. Mimpi yang sangat menyengsarakan hati. Hati yang terbuat dari baja. Sama-sama dari baja. Sekilas wajahmu kembali hadir di pelupuk mataku. Mendengar semua celotehan yang kau lontarkan bukan untukku. Agar bersemayam dalam hati yang tak ingin terungkap itu. Hanya ada tangis dalam keheningan malam.

Semua ku serahkan padamu, apa yang kamu inginkan dan apa yang telah kita lakukan tak pernah berimbas pada senyuman bersama. Kebanggaan yang dulu sempat ku junjung kini mulai sirna. Tak ada yang bisa kubanggakan sekarang. Tak ada kata-kata menis yang selalu ingin ku pamerkan lagi. Semua itu terhalang oleng ruang yang kedap. Gelap. Hampa udara. Hingga ku mati rasa untuk membelamu lagi. Bersama seluruh anganmu yang kau pendam sendiri. Besar hati pada diriku tinggal separuh, hanya separuh dari hidupku yang hampa akan kesenangan. Mencari hati satu sama lain yang sedikit demi sedikit hilang karena sang waktu. Kini aku mulai tersadar, kita memang benar-benar berpijak pada satu kaki. Kaki kita yang hilang entah sampai kapan kan kembali lagi. Aku sudah terlalu muak dengan kesabaran ini. Kesabaran yang membuatku begitu terluka. Tapi ini memang benar adanya.

Hanya saja aku telah berjanji, kesabaranku hanya akan kembali jika kau kembali esok. Kesabaranku akan hilang jika kau menjauh esok. Esok. Tinggal esok. Suatu penentu sebuah rasa yang akan ku limpahkan segalanya. Dan ku tersadar di ujung pagi, ku kan menghadapi sesuatu yang besar nantinya. Aku tau Allah sayang padaku, Allah tau yang terbaik untukku dan Allah mau aku dapat menyelesaikan masalah ini dengan sendirinya. Hanya untuk melihat kami bahagia nantinya. Aku menganggap ini sebuah ujian perjalanan kami. Yang selalu diterjang badai hingga akhirnya kita kan tau siapa yang nantinya akan kembali pada jalan kita. Dan itu semau akan terangkum dalam Dua Hari.

Komentar

Postingan Populer