Membaca Al Quran
Adab Membaca Al Quran
Ketika membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim perlu
memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam
membaca Al-Qur’an:
1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan
tenang.
Dalam membaca Al-Qur’an seseorang dianjurkan dalam keadaan suci.
Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam
Haromain berkata, “Orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan najis,
dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan
sesuatu yang utama.” (At-Tibyan, hal. 58-59)
2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar
dapat menghayati ayat yang dibaca.
Rosululloh bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an
(khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR.
Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)
Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al-Qur’an sehari semalam,
dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar
untuk mengkhatam kan Al-Qur’an setiap satu minggu (7 hari) (HR. Bukhori,
Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid
bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu.
3. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan
menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan
perasaan.
Alloh Ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya
yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis
dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’: 109). Namun demikian tidaklah
disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang
dibuat-buat.
4. Membaguskan suara ketika membacanya.
Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam, “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad,
Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak
termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari
dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan
yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya
bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak
perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.
5. Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan
bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari
(godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
Membaca Al-Qur’an dengan tidak mengganggu orang yang sedang
shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat
yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’.
Rosululloh shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda, “Ingatlah
bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah
satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh
bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Qur’an).” (HR.
Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim).
6. Setelah selesai membaca Al Quran
Setelah selesai membaca al Qur’an dianjurkan untuk
mengucapkan bacaan berikut ini: Subhanakallahumma wa bihamdika laa
ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. Yang artinya: maha suci
Engkau ya Allah sambil memuji-Mu. Tiada sesembahan yang berhak disembah
melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.Wallohu a’lam.
***
Berikut ini uraian secara singkat
tentang cara Rasulullah (saw) membaca Al-Quran.
11. Rasulullah s.a.w membaca Al-Quran dengan tartil, maksudnya sesuai
dengan kaidah yang benar baik itu tajwid, makhorijul huruf maupun membacanya
dengan suara yang indah. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah (ra): Rasulullah (saw) bersabda, “Allah tidak mendengar suara seorang
Nabi melainkan Dia mendengar suara seorang Nabi yang membaca Al-Quran dengan
suara yang indah.” (Bukhari)
2. Rasulullah (saw) membaca
Al-Quran baik itu di waktu pagi, siang maupun malam hari. Membaca Al-Quran di
waktu pagi (subuh) sangat dianjurkan, sebagaiman Allah Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya membaca Al-Quran pada waktu fajr (subuh) diterima (oleh Allah).
(Al-Isra’ 17:78). Kemudian dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah (ra), bahwasanya Rasulullah (saw) bersabda : Tidak diharapkan untuk
menjadi seseorang terkecuali dua orang ini : seseorang yang Allah telah
mengajarkannya Al-Quran dan dia membacanya pada waktu-waktu malam hari dan
siang hari.. (Bukhari)
3. Rasulullah
(saw) tidak pernah meninggalkan untuk membaca Al-Quran meskipun beliau sedang
dalam keadaan musafir di atas unta beliau. Sebagaimana diriwayatkan
oleh`Abdullah bin Mughaffal (ra): Saya melihat Rasulullah (saw) sedang membaca
surat Al-Fatihah di atas untanya pada hari penaklukan Mekah. (Bukhari)
4. Rasulullah
(saw) sangat menganjurkan untuk mengajarkan Al-Quran juga kepada yang lain.
Sebagaimana beliau (saw) bersabda, “Orang yang terbaik diantaramu ialah
orang yang mempelajari Al Qur’an & mengajarkannya kpd
orang lain” (HR Bukhari)
5. Rasulullah
(saw) juga sangat menganjurkan bagi kaum Muslimin untuk menghafal ayat-ayat
Al-Quran. Sebagaimana diriwayatkan oleh Hazrat Aisyah Ummul Mu’minin r.a.
katanya Rasulullah saw bersabda : “Orang yang membaca Kitab Suci Al Qur’an dan
ia seorang Hafiz (Hafal Qur’an) dihari akhirat nanti ia akan duduk bersama
orang-orang yang sangat mulia dan sangat terhormat dan orang yang membaca Qur’an
dengan semangat dan patuh ta’at terhadap ajaran-ajarannya, maka untuknya
disediakan ganjaran dua kali lipat ganda.”
6. Rasulullah
(saw) bukan hanya sekedar membaca Al-Quran saja akan tetapi mengerti artinya,
merenungi maknanya serta mengamalkannya dalam kehidupan beliau (saw)
sehari-hari. Diriwayatkan oleh Hazrat Abu Ubaidah Maliki r.a. katanya
Rasulullah saw telah bersabda : Hai Ahli Qur’an! Janganlah tidur sebelum kalian
membaca Al Qur’an dan lakukanlah tilawat Al Qur’an siang dan malam sebagaimana
seharusnya tilawat itu dilakukan. Dan sebarkanlah ajarannya dan bacalah dia
dengan suara yang merdu dan renungkanlah selalu apa pokok ajaran yang
terkandung di dalamnya supaya kalian mendapatkan kejayaan.
Diriwayatkan lagi bahwasanya, Rasulullah saw telah bersabda; di
dalam Kitab suci Al Qur’an banyak sekali terkandung mutiara dan hikmah. Setiap
kali orang berusaha merenungkannya dengan pengertian yang dalam, maka ia selalu
melihat keindahan ajarannya yang baru. Sesungguhnya tidak ada orang yang lebih
dalam memahami kandungan isi Al Quran selain daripada Rasulullah (saw). Maka
apabila beliau membaca Qur’an, pada waktu itu pikiran beliau terus menerawang
kepada kedalaman arti dan rahasia setiap ayat yang beliau baca tersebut.
Contoh serta teladan mulia beliau (saw) ini menarik perhatian kita
untuk membaca Qur’an dengan perlahan-lahan sambil merenungkan dan memahami
setiap ayat yang sedang kita baca, sehingga ayat-ayat yang kita baca dapat
dipahami dengan benar dan dapat juga diimplemantasikan secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian Al-Quran dapat menjadi petunjuk bagi orang-orang
yang bertakwa.
Komentar
Posting Komentar