Valentine Buat Sinta


Valentine Buat Sinta

            “Aku ingin ngrasain valentine tahun ini.” Salah satu harapan dia ketika detik jam telah semakin cepat berlalu sehingga tahun menuju ke 2011. Saat itu dia berada disebuah taman kota bersama temen-temen terdekatnya untuk melihat pesta rakyat serta kembang api yang digelar dari 2 jam yang lalu itu. Suara satu dua kembang api itu seakan bersahut-sahutan menyambut datangnya pergantian tahun yang tak kunjung usai. Sinta pun melihat sekeliling tempatnya berdiri, disamping kanannya terdapat sepasang kekasih yang saling menatap langit. Ya, dia adalah Biti dan Aji. Mereka adalah temen deket Sinta, lebih tepatnya Biti adalah orang yang Sinta ajak kemari untuk menikmati malam tahun baru ini bersama, berempat. Sinta pun menoleh ke kiri, didapatnya Gina yang sedang makan ice cream favoritnya bersama pacar baru yang  Gina dapatkan satu bulan yang lalu. Tak jauh dari pandangannya dari arah Gina, ia mendapati Ita yang sedang dengerin headset bersama gebetannya yang ia dapatkan kemarin sore. Sinta bahkan gak ngerti kapan ketiga bocah itu lari dari sisinya dan berpihak pada pasangannya masing-masing. Dan hal itu memang gak disadari Sinta, karena dia sibuk make a wish pada kembang api konyol itu.

            Kini dia tersadar bahwa dirinya hanya sendiri menatap mereka bertiga dengan penuh tanda tanya dan terbesit dalam pikirannya akan ada seorang cowok yang berusaha mendekatinya untuk sekedar meniup terompet. Tapi itu hanya bayangannya aja, harapan yang terlalu tinggi untuk malam tahun baru yang kelar beberapa menit yang lalu itu. Akhirnya dia menghadap ke belakang, berharap ada cowok ganteng yang memperhatikannya malam itu, hasilnya nihil. Tak ada yang melihatnya malam ini, namun ada satu orang yang lumayan jernih untuk dilihat. Seorang cowok sedang menengadah ke langit, berharap kembang api yang dilihatnya itu jatuh tepat pada tangannya kemudian dia akan datang ke arah Sinta memberikan abu kembang api itu. Lagi-lagi ia berkhayal sesuatu yang benar-benar tak logis. Seorang cewek datang menghampiri sang cowok dan menggandengnya pergi. Rasanya Sinta ingin cepat-cepat meninggalkan tempat sialan itu.

Sinta memutuskan untuk duduk di trotoar sambil makan ice cream seperti yang disruput Gina tadi, dan kini ia berharap temen-temennya akan datang menghampirinya dan mengajaknya pulang untuk bersantai dikos mereka sambil minum jahe anget yang selalu dibuatnya setiap malam. Lebih tepatnya, sambil galauin cowok bersama. Harapannya gak sia-sia, tiga cewek idiot yang berjalan sambil ketawa terbahak-bahak dan terlihat seperti siluet yang disorot lampu kota mendekati Sinta yang sedang terduduk ngantuk di trotoar itu. “Sintaaa pulang yuuk” ajak salah satu three idiot itu. “tunggu, kalian bukan penculik kan?” jawab Sinta ragu. “yeee sapa juga yang mao nyulik elo. Haahaahaa, bercanda sayang. Yuk” dan merekapun pulang dengan perasaan mereka masing-masing.

Di sekolah, Sinta termasuk orang yang amat sangat pendiem. Gak ada yang tau isi hatinya buat siapa, bahkan sahabat-sahabatnya sendiri. Dia cenderung menutup hati karna emang gak ada yang suka sama dia. Sinta cenderung menyukai orang dengan cara diam-diam tanpa ada orang yang tau. Namun kalo dia suka sama cowok, gak tanggung-tanggung tuh. Levelnya tinggi, Sinta pernah di comblangin sama cowok yang dia suka, itu kerjaan si Gina. Dia tau kalo Sinta suka sama tuh cowok karena iseng baca kertas diary nya. Setengah mati dimusuhin tu si Gina sejak tau hal itu memang amat sakral buat Sinta menyimpan rahasia terpendamnya sendiri. Jadi mereka bertiga gak berani ngusik ketenangan si dewa brutal “Sinta” kalo emang ada rahasia yang gak musti diceritain itu.

Sinta jalan menuju koridor kelas-kelas untuk mengikuti ekskul drama hari itu, di depannya tampak seorang cowok berbadan tegap sedang menengadah ke atas untuk mencari sinyal handphone. Helloooow lu kira ini pedesaan terpencil apa, sampe gitu amat goyang-goyangin handphone-nya. Sinta berusaha mengingat siapa yang berusaha mengusik ketenangan memorinya, dia orang yang pelupa dan agak lemot. Jadi untuk urusan ingat-mengingat, otaknya agak lama buat memprosesnya. Setelah semakin deket mereka hampir berpapasan, Sinta ingat orang itu. Dia adalah cowok yang dilihatnya ketika malam tahun baru itu, Sinta gak nyangka kalo dia satu sekolah dengan cowok jernih itu. Dilihatnya sang cowok dalam-dalam kemudian menunduk, hanya sebersit senyum yang ia dapatkan dari cowok jernih itu. Dan kini Sinta mulai terbuka soal hati bersama temen-temennya. Sifatnya yang pemalu membuat dia semakin takut untuk suka sama cowok itu, si cowok yang berderajat tinggi sebagai primadona sekolah jika dibandingkan Sinta cewe-yang-gak-terkenal sama sekali itu amat sangat membuat Sinta ketir-ketir jika banyak orang yang tau.

Di Minggu pagi, Biti mendapati sepucuk surat yang terbang dibawah pohon mawar dekat kamar kos Sinta. Tak lama ia membuka dan membaca surat itu.

Kebodohan yang kualami ketika kau hendak melintas di sampingku, bersama dengan teman sekelasmu kau langkahkan kaki menuju kelasmu..dan betapa anehnya diriku saat masuk kedalam kelasku untuk tak bertemu denganmu dan saat kau telah melintas aku mulai keluar kelas agar tak menemuimu,,ku sedang tidak ingin bertatapan denganmu karna ku tak mau berharap lebih meski ku memang tak banyak berharap, ehm tapi saat ku ingin ke pojok sekolah untuk beribadah, rasanya ga karuan saat bertemu orang yang dekat denganmu .. ingin ku cepat cepat pergi namun ku selalu bertemu dengannya dan semua dapat berlalu ketika ku selesai menghadap Allah ku, dan betapa terkejutnya ketika diruang depan sekolahku benar benar bertemu denganmu..meski biasa saja, tapi ku tetap seperti pagi tadi..yah aku berharap esok kan datang lebih cepat
Darkpurple

Biti tau ini adalah tulisan tangan Sinta, “untung gak kebaca anak kos lain” batinnya. Ia pun mengembalikan surat itu pada pemiliknya. Dan Sintapun akhirnya bercerita tentang perasaannya, Biti hanya melongo mendengar cerita Sinta yang tidak begitu rumit itu, terkadang Sinta bisa secerewet dan sedetail itu ketika ia mulai bercerita. Padahal sebenernya ia bukan orang yang gemar menceritakan hal pribadinya kepada orang lain, apalagi sampai melihat temennya melongo seperti ini. “nha lu kenapa gak mingkem-mingkem gitu?” Tanya Sinta setelah puas menceritakan semuanya panjang lebar “gua kaget denger lu cerita, dah brapa jam gua disini?” kata Biti. “sialan lu!” . “gua boleh cerita ke Ita sama Gina gak?” . “iya boleh.” . “tunggu-tunggu, elo suka sama Josua? J O S U A cowok boyband itu?” suasana kembali hening. “kemana aja lu daritadii Bitiiii?” . “melongo dengerin lu cerita Sin” . “ah gak asik lu, sono-sono gue mau ngerjain tugas dulu dan jangan ganggu hidup gua dulu okee!” . setelah hari hampir sore, Biti ngajak ketiga sahabatnya ketemuan disebuah kafe untuk menceritakan hal serius yang menimpa Sinta, kedua sahabatnya langsung terpana ketika mendengar cerita dari Biti. “gilak lu Sin, gebetan lu cakep bener. Selera lu tinggi ternyata.” Ceplos Ita, “dia famous banget Sin, lu gak bakal bisa dapetin dia Cuma-Cuma. Harus pake pengorbanan, haha” kata Gina kemudian. “lu kira diskonan di pasar loak bisa didapetin Cuma-Cuma?” tambah Biti. Tawa merekapun pecah seketika memecah makanan yang sedari tadi belum siap dihidangkan dimeja mereka.

Kini tiap pagi Sinta selalu mencoba berangkat agak siang untuk bisa jalan bareng sama si Josua. Tapi nyatanya, dia hanya bisa mendengar tapak kakinya tanpa berani melihat ataupun mengajaknya ngobrol duluan. Dan ketika sampai kelas, Sinta berusaha melirik Josua untuk sekedar melihat senyuman khasnya. Tanpa disadari, Josua pun sedikit melirik Sinta dari sudut matanya namun Sinta tak menyadari hal itu, dia hanya bisa berfikir bahwa dia telah berhasil melihat pujaan hatinya berangkat bersamaan dengannya.

14 Februari 2011, 

Seperti biasa, dia lihat layar handphonenya yang tak berpesan itu. Nampaknya hari ini takkan ada yang mengucap valentine padanya. Tapi dia selalu ingat semangat yang diberikan temen-temennya, “jika pagi kamu gak dapet ucapan, tunggu sampai siangnya”. Dengan langkah penuh semangat ia pergi ke kamar mandi untuk segera pergi ke sekolahnya. Dia berjalan menuju kelasnya dengan langkah mantap, dan dia selalu berpesan pada dirinya bahwa hari ini, dia pasti dapet coklat. Entah dari kakeknya, neneknya, adeknya, ibuknya, bapaknya, temen-temennya, atau bahkan mungkin dari cowok ganteng yang selalu dipujanya itu. Sekali lagi ditegaskan, MUNGKIN dapet coklat dari cowok ganteng yang dipujanya itu. Dia senyum-senyum sendiri setiap membayangkan hal yang aneh binti idiot itu. Perjalanan dari parkiran sampai kelasnya serasa lama, yaps karena dia emang sengaja berjalan lambat. Anda tau kenapa? Karena ada cowok yang dianggapnya ganteng berjalan dibelakang Sinta, dan dia berharap diajak ngobrol sama tuh cowok.

Prasangka dan khayalannya pun meleset (lagi), dia dilancang oleh cowok itu seraya mengumbar senyum khasnya yang emang manis. Ya apuuun manis bangeeet tuh cowook. Sepanjang jalan cuma bilang itu sambil mesem-mesem, sampe akhirnya dia nabrak orang yang bermukim disamping kelasnya yang pada saat itu sedang bersandar di pintu kelasnya. “eh, sori ya” kata Sinta sambil melengos pergi. Kejutan pun dimulai.

            Tak seperti biasanya, Sinta berangkat siangan dan itu terjadi saat ini. Itu semua karena ia terlalu membayangkan cowok idolanya pagi tadi, sebelum saat dan sesudah mandi selalu menengok handphone nya yang hampa itu. Sesampainya dikelas ia tak tahu kenapa temen-temennya bersikap aneh padanya, “kalian kenapa sih?” tanyanya. “kalo mendem rahasia tuh jangan kebangetan.” Tanya Gina balik. “makanya kok dari tadi mesam mesem aja.” Tuduh Biti. “Cuma magician aja yang bisa mendem rahasia dalem-dalem” tambah Ita. “eh, masalah Josua? Kan gua udah cerita sama kalian. Bukan kalian sih, lebih tepatnya ke Biti, terus kalian dikasih tau juga kan ujung-ujungnya. Jadi gua gak nyimpen rahasia dong.” Sanggah Sinta dengan muka BM (bacanya Bad Mood) “Kalo cerita lu sama Jordi gak diceritain?” tembak Gina. “Jordi?” setahu Sinta, Jordi adalah adek kelasnya yang jago main basket dan mereka gak pernah deket. Kenal aja enggak, tapi setiap ada ekskul basket Sinta emang nyempetin buat lihat mereka latihan sambil membuat teks drama yang ia susun untuk ekskulnya sendiri. Sampai pada akhirnya dia hafal nama-nama mereka karena selalu memakai kostum kebanggaan yang berisi nama punggung dibelakangnya. Dan ia gak bermaksud buat ngeliatin tu anak, bocah baru masuk SMA kemarin sore masak udah mau dibribik aja. Lagian Sinta juga sukanya Cuma sama Josua, nha terus kenapa jadi ada Jordi juga? “Jordi tukang basket bukan?”. Tanya Sinta kemudian, “ya iyalah bego. Ada apa lu ma dia? jadi pelarian, gara-gara ga dapetin Josua?” tancap Ita. “emang dia kenapa? Aku ga ada cerita apa-apa sama dia. kenal aja enggak”. Biasanya kalo Sinta udah ngomong Aku-Kamu-Kalian pasti dia jujur, dan semuanya ngerti. “oke gini aja, gua bilangin sesuatu tapi lu jangan melongo.” Kata Biti kemudian. “tadi Jordi dateng kesini nyariin elu, dia bilang ntar balik sekolah elu harus nungguin dia disini.” Lanjut Biti. “Heeeh? Mau ngapain dia? ogah!”. Bel pun berbunyi dan Sinta mengikuti pelajaran dengan memikirkan si Jordi itu.

            Sesaat sebelum pulang, Sinta mengemas buku-bukunya kedalam ransel ungu itu. Dia kaget ketika ada sebatang coklat didalamnya beserta secuil kertas yang digantung pita ungu diluarnya, Deerrrt…. Deerrrtt…. Dia kaget ketika merasa ada yang bergetar diransel itu kemudian membukanya. Selama Sinta bawa handphone hari ini, baru kali ini dia dapet sms dari orang itupun Cuma satu, dan saat dibaca itu pesan dari Josua. “Guys!! Tebak aku dapet sms dari siapa?” kata Sinta kemudian. “JOSUA!!” jawab mereka serentak. “kok kompak sih?”. “yaiyalah, tiap lu girang kan pasti dapet sms dari dia.” kata Biti, “cepetan buka” seru Ita.
Kamu dimana sekarang?
Dikelas
Delivered..
Bintang ada?
Ada
Waiting..
Delivered..
“gimana-gimana?” Tanya Ita semangat berkobar-kobar sambil makan es tellernya es kobar. “dia Cuma Tanya, si Bintang ada di kelas ga.” gerutu Sinta. Tiba-tiba dia dateng buat nyamperin si Bintang, Sinta pun bergegas ke luar untuk membuang sampah kemudian masuk lagi. Saat di depan pintu, dia dicegat Josua. “ada titipan buat km.” kata Josua sambil merogoh sesuatu di dalam tasnya. “dari siapa?” pertanyaan Sinta gak dijawab langsung oleh Josua. Ternyata dia memberikan coklat pada Sinta, “dari siapa Jos?”. “mmm dari temenmu waktu X-E”. “okey, namanya?”. “aku kasih tebakan ya, dia absen 21”, Sinta berpikir lambat “Natan?”, “salah. Bukan absen 21 ding tapi 29.” Tanya Josua lagi, Sinta bepikir lambat lagi “Dinda?”, “salah. Kalo gitu, dia bukan absen 21 atau 29. Tapi absen 11” kata Josua lagi, dan kali ini dia berpikir lebih cepat “kamu?”, Josua kaget mendengar jawaban Sinta yang memang benar, ada sebersit senyuman disudut bibirnya yang tak bisa disembunyikan. “kok cepet ama jawabnya?” tanyanya kemudian sehingga membuat Sinta tak bisa menjawab alasannya “ehmm”, “aku ada acara nih, duluan ya?” . “ini dari siapa Jos?”. “dari absen terakhir tadi” itulah jawaban terkhir Josua sebelum meninggalkan kelas Sinta, dan jawaban itu membuat Sinta semakin kejang-kejang tiap melihat senyuman penuh arti yang diberikan Josua padanya saat itu. Sinta menyadari bahwa Josua telah keluar dari kelasnya kemudian dibarengi langkah kakinya yang ingin menyusul Josua, namun dia hanya memanggil. Josua sengaja tak mempercepat langkahnya kemudian berbalik ke asal suara yang memanggilnya tadi, dia tahu apa yang akan dikatakan Sinta sehingga dia langsung menjawab “iya, sama-sama” dan terjadilah loncatan batu meteor yang menimpa hati Sinta sehingga memimpin otaknya untuk merespon jawaban dari Josua agar tetap stabil dalam kondisinya sekarang meskipun senyum Sinta yang hanya dikeluarkan sewaktu-waktu itu muncul seketika dengan mata yang berbinar dan penuh harap.
           
Sesaat setelah ia menceritakan semuanya kepada ketiga temennya itu, ada sms masuk dengan nomor yang tak begitu dikenalnya mengatakan bahwa
            Kak, tunggu sebentar

Sinta cuek dengan sms itu dan dibiarkan begitu saja, ia juga hampir menceritakan sang pemilik coklat dalam ranselnya namun temen-temen dramanya keburu memanggilnya untuk segera kumpul. Maka cerita itu akan disambung esok, saat ia hampir memasuki ruangan ada yang memanggilnya dari arah Barat. Pemilik suara itu mendekat pada Sinta dan dia tau bahwa anak itu adalah orang yang mencarinya tadi pagi, “ada apa dek? Kata temenku, tadi km nyari aku ya?” Tanya Sinta memancarkan sifat aslinya. “iya kak. Saya Cuma mau kasih ini” dia menyodorkan boneka teddy kecil berpita ungu yang bisa dijadikan bantal kepada Sinta sambil gemetaran. “tunggu-tunggu, ada apa ini? Mau nyogok? Dalam rangka?” Tanya Sinta menghujam, “eh enggak kak, itu buat kakak dari saya. Emm tolong diterima ya, kak?” ujarnya, “dek, aku gak tau maksudnya dan aku juga gak suka boneka. Maaf ya aku gak bisa terima.” Sekali lagi, kalo Sinta berbicara menggunakan Aku-Kamu pasti dia sedang jujur dan memang dia dari kecil tidak suka boneka jenis apapun, dikamarnya tak ada satupun aksesoris berbentuk boneka yang biasanya selalu ada di kamar cewek. Dia hanya mengagumi pernak-pernik dari plastik. Dan keliatannya anak itu sedikit kecewa mendengar jawaban dari Sinta, “lebih baik bonekanya buat adekmu bisa, kan?” kata Sinta kemudian. “sebenernya saya suka sama kakak” kata anak itu sambil mencoba menatap mata Sinta kemudian menunduk, mencoba menatap kemudian menunduk lagi. Sinta hanya bisa tersenyum mendengar kalimat itu dari adek kelas yang baru mengajaknya bicara beberapa menit yang lalu, “mendingan kamu konsen studimu dulu ya, persaingan di SMA ketat banget. Aku masuk dulu ya, maaf itu bonekanya.” Lanjut Sinta sambil masuk ke ruang drama. Anak itu kembali memanggilnya “kak..” dan Sinta pun menengok ke arahnya “makasih ya sarannya.” Katanya kemudian, dan Sintapun meninggalkannya sendirian dengan boneka teddy berpita ungu yang dari tadi dipegangnya.
           
Sampai dirumah, ia penasaran sama pemilik coklat berpita ungu yang diselipkan ke ranselnya. Dilepasnya pita itu sembari membuka secuil kertas yang melekat pada pita, kertas itu berisi
jika kamu sudah membaca surat ini, tolong hubungi aku
0856851209XX
Sinta langsung menghubungi nomor itu, dia kaget setelah melihat dilayar ponselnya bahwa itu adalah nomor Juno yang notabene dia adalah ge-be-tan I-ta. Satelah lama tak ada jawaban, ia langsung mematikan panggilan itu seraya mengirimkan pesan padanya
                        Makasih ya
Tak ada jawaban, mungkin dia sedang belajar. Pikir Sinta. Tiba-tiba ada pesan masuk dari dia
                        Sama-sama, kamu suka?
Ternyata dia tau apa yang dimaksud Sinta
                        Sedikit. Km juga kasih ke Ita kan?
Lama tak ada jawaban
                        Enggak
Sintapun menelepon Juno
Sinta    : “hei, maksudnya apa?”
Juno    : “itu buat lu”
Sinta    : “dalam rangka apa?”
Juno    : “selamat hari kasih sayang ya”
Sinta    : “harusnya lu bilang itu ke Ita”
Juno    : “gue sayang elu”
Sinta    : “lu mau hancurin persahabatan gua sama Ita?”
Juno    : “enggak, gue Cuma mau bilang itu aja. gue juga gak berniat macarin lu setelah gue tau lu lagi suka sama anak kelas depan.”
Sinta    : “makasih! Coklatnya gua balikin ke Ita, besok! Gua bilang itu dari lu!”
Juno    : “jangan dong, kan itu buat lu”
Sinta    : “lu sayang gak sama Ita?”
Juno    : “sedikit, banyakan ke lu. Gue deketin dia biar bisa deket sama lu Sin”
Sinta    : “kurang ajar lu, mau matahin hati sobat gua? Jangan deketin kita lagi deh mendingan”
Juno    : “jangan dong, gue akan coba sayang sama Ita.”
Sinta    : “OT!”
Juno    : “Beneran Sin, gue janji. Gara-gara lu dikasih coklat sama Josua tadi siang, gue ngerasa kalah. Lu lebih seneng dapet coklat dari dia ketimbang gue dan itu ternyata bener, gue baru sadar kalo selama ini gue salah sama Ita. Gue besok bakalan nembak Ita.”
Sinta    : “jangan jadikan dia sebagai pelarian lo!”
Juno    : “enggak Sin, gue tau lu gak bakal jadi milik gue. Jadi gue mau nebus kesalahan gue ke Ita. Gue janji ke lu.”
Sinta    : “omongan lu gua pegang. Buktiin tuh janji”
Juno    : “oke. Thanks. Semoga lu dapetin dia.”

Tak ada jawaban dari Sinta karna telpon udah ditutup duluan sama dia. Sinta gak habis pikir gimana jadinya kalo Juno ngasih coklatnya tadi siang ketika masih ada Ita disana. Bakal ada perang dunia dong antara Sinta dan Ita dan untungnya hal itu gak terjadi. Setelah berpikir panjang, dia membaca pesan yang dari tadi masuk ketika ia berbincang dengan Juno. Salah satunya ada si Ita, dia tanya kenapa Juno sulit banget dihubungi karna dia lagi telponan. Dan Sinta gak mungkin bilang kalo dia habis telponan sama Juno, ada pesan dari adek kelas tadi tuh si Jordi, dia bilang bahwa meskipun dia gak bisa memiliki Sinta dia gak bakalan frustasi. Emang penting buat gua? Gerutu Sinta dalam hati dan seperti biasa, tak ada pesan masuk dari Josua seperti tadi siang. Yang terakhir ada pesan masuk dari nomor yang tak bernama dan ia berkata bahwa
Mungkin bagimu coklat perlambang kasih sayang
Mungkin bagimu boneka sebagai pengantar tidurmu
Mungkin bagimu lagu cinta dapat menggambarkan perasaanmu
Bahkan ucapan valentine selalu kau dapatkan setiap harinya
Tapi bagiku butuh keberanian untuk memberikan itu semua
Untukmu …
Dan ku rasa hanya ini yang dapat kusampaikan
Meski bukan lewat coklat
Bukan lewat boneka
Dan bukan lewat lagu cinta
Selamat hari kasih sayang, Sinta
-R-
R? Sinta berpikir sejenak setelah membaca pesan itu. Sok tau banget sih gerutunya dalam hati, dan ia membalas pesan itu Makasih ya, kamu siapa? Namun tak ada jawaban dari sang pemilik nomor, ia menebak apakah itu Josua? Tapi gak mungkin, Sinta punya nomor ponsel Josua di kontak hp nya dan inisalnya R. Kemudian dia tidur dan berharap esok takkan datang lebih cepat, wish nya pada saat malam tahun baru lalu terwujud. Dia berharap mendapat hadiah valentine dari seseorang, dan kini bukan hanya satu orang yang dia sukai, namun langsung dari tiga cowok sekaligus dan ia tak menyangka sebelumnya. Dan yang terakhir dari seseorang yang sengaja merahasiakan identitas dirinya, mungkin jika Sinta tak mendapatkan coklat dari Josua, dia akan memberikan pesan serupa kepada Josua dan akan merahasiakan identitasnya karena gak mau Josua tau kalo sebenernya Sinta suka dengan Josua. Sinta terlelap dalam tidurnya, dan disisi lain Josua berharap suatu saat nanti ia bisa mendapatkan Sinta dengan cara lain bukan saat valentine. Disisi satunya, terdapat orang yang gelisah memikirkan pesan dari Sinta yang tak segera dibalasnya dan akhirnya dia memutuskan untuk diam dan memendam semuanya. Sendirian.

Komentar

Postingan Populer