Valentine Buat Sinta
Valentine Buat Sinta
“Aku
ingin ngrasain valentine tahun ini.” Salah satu harapan dia ketika detik jam
telah semakin cepat berlalu sehingga tahun menuju ke 2011. Saat itu dia berada
disebuah taman kota bersama temen-temen terdekatnya untuk melihat pesta rakyat
serta kembang api yang digelar dari 2 jam yang lalu itu. Suara satu dua kembang
api itu seakan bersahut-sahutan menyambut datangnya pergantian tahun yang tak
kunjung usai. Sinta pun melihat sekeliling tempatnya berdiri, disamping
kanannya terdapat sepasang kekasih yang saling menatap langit. Ya, dia adalah
Biti dan Aji. Mereka adalah temen deket Sinta, lebih tepatnya Biti adalah orang
yang Sinta ajak kemari untuk menikmati malam tahun baru ini bersama, berempat.
Sinta pun menoleh ke kiri, didapatnya Gina yang sedang makan ice cream
favoritnya bersama pacar baru yang Gina
dapatkan satu bulan yang lalu. Tak jauh dari pandangannya dari arah Gina, ia
mendapati Ita yang sedang dengerin headset bersama gebetannya yang ia dapatkan
kemarin sore. Sinta bahkan gak ngerti kapan ketiga bocah itu lari dari sisinya
dan berpihak pada pasangannya masing-masing. Dan hal itu memang gak disadari
Sinta, karena dia sibuk make a wish pada
kembang api konyol itu.
Kini
dia tersadar bahwa dirinya hanya sendiri menatap mereka bertiga dengan penuh
tanda tanya dan terbesit dalam pikirannya akan ada seorang cowok yang berusaha
mendekatinya untuk sekedar meniup terompet. Tapi itu hanya bayangannya aja,
harapan yang terlalu tinggi untuk malam tahun baru yang kelar beberapa menit yang
lalu itu. Akhirnya dia menghadap ke belakang, berharap ada cowok ganteng yang
memperhatikannya malam itu, hasilnya nihil. Tak ada yang melihatnya malam ini,
namun ada satu orang yang lumayan jernih untuk dilihat. Seorang cowok sedang
menengadah ke langit, berharap kembang api yang dilihatnya itu jatuh tepat pada
tangannya kemudian dia akan datang ke arah Sinta memberikan abu kembang api itu.
Lagi-lagi ia berkhayal sesuatu yang benar-benar tak logis. Seorang cewek datang
menghampiri sang cowok dan menggandengnya pergi. Rasanya Sinta ingin
cepat-cepat meninggalkan tempat sialan itu.
Sinta memutuskan
untuk duduk di trotoar sambil makan ice cream seperti yang disruput Gina tadi,
dan kini ia berharap temen-temennya akan datang menghampirinya dan mengajaknya
pulang untuk bersantai dikos mereka sambil minum jahe anget yang selalu
dibuatnya setiap malam. Lebih tepatnya, sambil galauin cowok bersama.
Harapannya gak sia-sia, tiga cewek idiot yang berjalan sambil ketawa
terbahak-bahak dan terlihat seperti siluet yang disorot lampu kota mendekati
Sinta yang sedang terduduk ngantuk di trotoar itu. “Sintaaa pulang yuuk” ajak
salah satu three idiot itu. “tunggu,
kalian bukan penculik kan?” jawab Sinta ragu. “yeee sapa juga yang mao nyulik
elo. Haahaahaa, bercanda sayang. Yuk” dan merekapun pulang dengan perasaan
mereka masing-masing.
Di sekolah, Sinta
termasuk orang yang amat sangat pendiem. Gak ada yang tau isi hatinya buat
siapa, bahkan sahabat-sahabatnya sendiri. Dia cenderung menutup hati karna
emang gak ada yang suka sama dia. Sinta cenderung menyukai orang dengan cara
diam-diam tanpa ada orang yang tau. Namun kalo dia suka sama cowok, gak
tanggung-tanggung tuh. Levelnya tinggi, Sinta pernah di comblangin sama cowok
yang dia suka, itu kerjaan si Gina. Dia tau kalo Sinta suka sama tuh cowok
karena iseng baca kertas diary nya. Setengah mati dimusuhin tu si Gina sejak
tau hal itu memang amat sakral buat Sinta menyimpan rahasia terpendamnya
sendiri. Jadi mereka bertiga gak berani ngusik ketenangan si dewa brutal
“Sinta” kalo emang ada rahasia yang gak musti diceritain itu.
Sinta jalan menuju
koridor kelas-kelas untuk mengikuti ekskul drama hari itu, di depannya tampak
seorang cowok berbadan tegap sedang menengadah ke atas untuk mencari sinyal
handphone. Helloooow lu kira ini pedesaan terpencil apa, sampe gitu amat
goyang-goyangin handphone-nya. Sinta berusaha mengingat siapa yang berusaha
mengusik ketenangan memorinya, dia orang yang pelupa dan agak lemot. Jadi untuk
urusan ingat-mengingat, otaknya agak lama buat memprosesnya. Setelah semakin
deket mereka hampir berpapasan, Sinta ingat orang itu. Dia adalah cowok yang
dilihatnya ketika malam tahun baru itu, Sinta gak nyangka kalo dia satu sekolah
dengan cowok jernih itu. Dilihatnya sang cowok dalam-dalam kemudian menunduk,
hanya sebersit senyum yang ia dapatkan dari cowok jernih itu. Dan kini Sinta
mulai terbuka soal hati bersama temen-temennya. Sifatnya yang pemalu membuat
dia semakin takut untuk suka sama cowok itu, si cowok yang berderajat tinggi
sebagai primadona sekolah jika dibandingkan Sinta cewe-yang-gak-terkenal sama
sekali itu amat sangat membuat Sinta ketir-ketir jika banyak orang yang tau.
Di Minggu pagi, Biti
mendapati sepucuk surat yang terbang dibawah pohon mawar dekat kamar kos Sinta.
Tak lama ia membuka dan membaca surat itu.
Kebodohan yang kualami ketika kau hendak melintas
di sampingku, bersama dengan teman sekelasmu kau langkahkan kaki menuju kelasmu..dan
betapa anehnya diriku saat masuk kedalam kelasku untuk tak bertemu denganmu dan
saat kau telah melintas aku mulai keluar kelas agar tak menemuimu,,ku sedang
tidak ingin bertatapan denganmu karna ku tak mau berharap lebih meski ku memang
tak banyak berharap, ehm tapi saat ku ingin ke pojok sekolah untuk beribadah,
rasanya ga karuan saat bertemu orang yang dekat denganmu .. ingin ku cepat
cepat pergi namun ku selalu bertemu dengannya dan semua dapat berlalu ketika ku
selesai menghadap Allah ku, dan betapa terkejutnya ketika diruang depan
sekolahku benar benar bertemu denganmu..meski biasa saja, tapi ku tetap seperti
pagi tadi..yah aku berharap esok kan datang lebih cepat
Darkpurple
Biti tau ini adalah
tulisan tangan Sinta, “untung gak kebaca anak kos lain” batinnya. Ia pun
mengembalikan surat itu pada pemiliknya. Dan Sintapun akhirnya bercerita
tentang perasaannya, Biti hanya melongo mendengar cerita Sinta yang tidak
begitu rumit itu, terkadang Sinta bisa secerewet dan sedetail itu ketika ia
mulai bercerita. Padahal sebenernya ia bukan orang yang gemar menceritakan hal
pribadinya kepada orang lain, apalagi sampai melihat temennya melongo seperti
ini. “nha lu kenapa gak mingkem-mingkem gitu?” Tanya Sinta setelah puas
menceritakan semuanya panjang lebar “gua kaget denger lu cerita, dah brapa jam
gua disini?” kata Biti. “sialan lu!” . “gua boleh cerita ke Ita sama Gina gak?”
. “iya boleh.” . “tunggu-tunggu, elo suka sama Josua? J O S U A cowok boyband
itu?” suasana kembali hening. “kemana aja lu daritadii Bitiiii?” . “melongo
dengerin lu cerita Sin” . “ah gak asik lu, sono-sono gue mau ngerjain tugas
dulu dan jangan ganggu hidup gua dulu okee!” . setelah hari hampir sore, Biti
ngajak ketiga sahabatnya ketemuan disebuah kafe untuk menceritakan hal serius
yang menimpa Sinta, kedua sahabatnya langsung terpana ketika mendengar cerita
dari Biti. “gilak lu Sin, gebetan lu cakep bener. Selera lu tinggi ternyata.”
Ceplos Ita, “dia famous banget Sin, lu gak bakal bisa dapetin dia Cuma-Cuma.
Harus pake pengorbanan, haha” kata Gina kemudian. “lu kira diskonan di pasar
loak bisa didapetin Cuma-Cuma?” tambah Biti. Tawa merekapun pecah seketika
memecah makanan yang sedari tadi belum siap dihidangkan dimeja mereka.
Kini tiap pagi Sinta
selalu mencoba berangkat agak siang untuk bisa jalan bareng sama si Josua. Tapi
nyatanya, dia hanya bisa mendengar tapak kakinya tanpa berani melihat ataupun
mengajaknya ngobrol duluan. Dan ketika sampai kelas, Sinta berusaha melirik
Josua untuk sekedar melihat senyuman khasnya. Tanpa disadari, Josua pun sedikit
melirik Sinta dari sudut matanya namun Sinta tak menyadari hal itu, dia hanya
bisa berfikir bahwa dia telah berhasil melihat pujaan hatinya berangkat
bersamaan dengannya.
14 Februari 2011,
Seperti biasa, dia
lihat layar handphonenya yang tak berpesan itu. Nampaknya hari ini takkan ada
yang mengucap valentine padanya. Tapi dia selalu ingat semangat yang diberikan
temen-temennya, “jika pagi kamu gak dapet ucapan, tunggu sampai siangnya”. Dengan
langkah penuh semangat ia pergi ke kamar mandi untuk segera pergi ke sekolahnya.
Dia berjalan menuju kelasnya dengan langkah mantap, dan dia selalu berpesan
pada dirinya bahwa hari ini, dia pasti dapet coklat. Entah dari kakeknya,
neneknya, adeknya, ibuknya, bapaknya, temen-temennya, atau bahkan mungkin dari
cowok ganteng yang selalu dipujanya itu. Sekali lagi ditegaskan, MUNGKIN dapet
coklat dari cowok ganteng yang dipujanya itu. Dia senyum-senyum sendiri setiap
membayangkan hal yang aneh binti idiot itu. Perjalanan dari parkiran sampai
kelasnya serasa lama, yaps karena dia emang sengaja berjalan lambat. Anda tau
kenapa? Karena ada cowok yang dianggapnya ganteng berjalan dibelakang Sinta,
dan dia berharap diajak ngobrol sama tuh cowok.
Prasangka
dan khayalannya pun meleset (lagi), dia dilancang oleh cowok itu seraya
mengumbar senyum khasnya yang emang manis. Ya
apuuun manis bangeeet tuh cowook. Sepanjang jalan cuma bilang itu sambil
mesem-mesem, sampe akhirnya dia nabrak orang yang bermukim disamping kelasnya
yang pada saat itu sedang bersandar di pintu kelasnya. “eh, sori ya” kata Sinta
sambil melengos pergi. Kejutan pun dimulai.
Tak seperti biasanya, Sinta
berangkat siangan dan itu terjadi saat ini. Itu semua karena ia terlalu
membayangkan cowok idolanya pagi tadi, sebelum saat dan sesudah mandi selalu
menengok handphone nya yang hampa itu. Sesampainya dikelas ia tak tahu kenapa temen-temennya
bersikap aneh padanya, “kalian kenapa sih?” tanyanya. “kalo mendem rahasia tuh
jangan kebangetan.” Tanya Gina balik. “makanya kok dari tadi mesam mesem aja.”
Tuduh Biti. “Cuma magician aja yang bisa mendem rahasia dalem-dalem” tambah
Ita. “eh, masalah Josua? Kan gua udah cerita sama kalian. Bukan kalian sih,
lebih tepatnya ke Biti, terus kalian dikasih tau juga kan ujung-ujungnya. Jadi
gua gak nyimpen rahasia dong.” Sanggah Sinta dengan muka BM (bacanya Bad Mood) “Kalo cerita lu sama Jordi gak
diceritain?” tembak Gina. “Jordi?” setahu Sinta, Jordi adalah adek kelasnya
yang jago main basket dan mereka gak pernah deket. Kenal aja enggak, tapi
setiap ada ekskul basket Sinta emang nyempetin buat lihat mereka latihan sambil
membuat teks drama yang ia susun untuk ekskulnya sendiri. Sampai pada akhirnya
dia hafal nama-nama mereka karena selalu memakai kostum kebanggaan yang berisi
nama punggung dibelakangnya. Dan ia gak bermaksud buat ngeliatin tu anak, bocah
baru masuk SMA kemarin sore masak udah mau dibribik aja. Lagian Sinta juga
sukanya Cuma sama Josua, nha terus kenapa jadi ada Jordi juga? “Jordi tukang
basket bukan?”. Tanya Sinta kemudian, “ya iyalah bego. Ada apa lu ma dia? jadi
pelarian, gara-gara ga dapetin Josua?” tancap Ita. “emang dia kenapa? Aku ga
ada cerita apa-apa sama dia. kenal aja enggak”. Biasanya kalo Sinta udah
ngomong Aku-Kamu-Kalian pasti dia jujur, dan semuanya ngerti. “oke gini aja,
gua bilangin sesuatu tapi lu jangan melongo.” Kata Biti kemudian. “tadi Jordi
dateng kesini nyariin elu, dia bilang ntar balik sekolah elu harus nungguin dia
disini.” Lanjut Biti. “Heeeh? Mau ngapain dia? ogah!”. Bel pun berbunyi dan
Sinta mengikuti pelajaran dengan memikirkan si Jordi itu.
Sesaat sebelum pulang, Sinta
mengemas buku-bukunya kedalam ransel ungu itu. Dia kaget ketika ada sebatang
coklat didalamnya beserta secuil kertas yang digantung pita ungu diluarnya, Deerrrt….
Deerrrtt…. Dia kaget ketika merasa ada yang bergetar diransel itu kemudian
membukanya. Selama Sinta bawa handphone hari ini, baru kali ini dia dapet sms
dari orang itupun Cuma satu, dan saat dibaca itu pesan dari Josua. “Guys!!
Tebak aku dapet sms dari siapa?” kata Sinta kemudian. “JOSUA!!” jawab mereka
serentak. “kok kompak sih?”. “yaiyalah, tiap lu girang kan pasti dapet sms dari
dia.” kata Biti, “cepetan buka” seru Ita.
Kamu
dimana sekarang?
Dikelas
Delivered..
Bintang
ada?
Ada
Waiting..
Delivered..
“gimana-gimana?”
Tanya Ita semangat berkobar-kobar sambil makan es tellernya es kobar. “dia Cuma
Tanya, si Bintang ada di kelas ga.” gerutu Sinta. Tiba-tiba dia dateng buat
nyamperin si Bintang, Sinta pun bergegas ke luar untuk membuang sampah kemudian
masuk lagi. Saat di depan pintu, dia dicegat Josua. “ada titipan buat km.” kata
Josua sambil merogoh sesuatu di dalam tasnya. “dari siapa?” pertanyaan Sinta
gak dijawab langsung oleh Josua. Ternyata dia memberikan coklat pada Sinta,
“dari siapa Jos?”. “mmm dari temenmu waktu X-E”. “okey, namanya?”. “aku kasih
tebakan ya, dia absen 21”, Sinta berpikir lambat “Natan?”, “salah. Bukan absen
21 ding tapi 29.” Tanya Josua lagi, Sinta bepikir lambat lagi “Dinda?”, “salah.
Kalo gitu, dia bukan absen 21 atau 29. Tapi absen 11” kata Josua lagi, dan kali
ini dia berpikir lebih cepat “kamu?”, Josua kaget mendengar jawaban Sinta yang
memang benar, ada sebersit senyuman disudut bibirnya yang tak bisa
disembunyikan. “kok cepet ama jawabnya?” tanyanya kemudian sehingga membuat
Sinta tak bisa menjawab alasannya “ehmm”, “aku ada acara nih, duluan ya?” .
“ini dari siapa Jos?”. “dari absen terakhir tadi” itulah jawaban terkhir Josua
sebelum meninggalkan kelas Sinta, dan jawaban itu membuat Sinta semakin
kejang-kejang tiap melihat senyuman penuh arti yang diberikan Josua padanya
saat itu. Sinta menyadari bahwa Josua telah keluar dari kelasnya kemudian dibarengi
langkah kakinya yang ingin menyusul Josua, namun dia hanya memanggil. Josua
sengaja tak mempercepat langkahnya kemudian berbalik ke asal suara yang
memanggilnya tadi, dia tahu apa yang akan dikatakan Sinta sehingga dia langsung
menjawab “iya, sama-sama” dan terjadilah loncatan batu meteor yang menimpa hati
Sinta sehingga memimpin otaknya untuk merespon jawaban dari Josua agar tetap
stabil dalam kondisinya sekarang meskipun senyum Sinta yang hanya dikeluarkan
sewaktu-waktu itu muncul seketika dengan mata yang berbinar dan penuh harap.
Sesaat
setelah ia menceritakan semuanya kepada ketiga temennya itu, ada sms masuk
dengan nomor yang tak begitu dikenalnya mengatakan bahwa
Kak,
tunggu sebentar
Sinta
cuek dengan sms itu dan dibiarkan begitu saja, ia juga hampir menceritakan sang
pemilik coklat dalam ranselnya namun temen-temen dramanya keburu memanggilnya
untuk segera kumpul. Maka cerita itu akan disambung esok, saat ia hampir
memasuki ruangan ada yang memanggilnya dari arah Barat. Pemilik suara itu mendekat
pada Sinta dan dia tau bahwa anak itu adalah orang yang mencarinya tadi pagi,
“ada apa dek? Kata temenku, tadi km nyari aku ya?” Tanya Sinta memancarkan
sifat aslinya. “iya kak. Saya Cuma mau kasih ini” dia menyodorkan boneka teddy
kecil berpita ungu yang bisa dijadikan bantal kepada Sinta sambil gemetaran.
“tunggu-tunggu, ada apa ini? Mau nyogok? Dalam rangka?” Tanya Sinta menghujam,
“eh enggak kak, itu buat kakak dari saya. Emm tolong diterima ya, kak?”
ujarnya, “dek, aku gak tau maksudnya dan aku juga gak suka boneka. Maaf ya aku
gak bisa terima.” Sekali lagi, kalo Sinta berbicara menggunakan Aku-Kamu pasti
dia sedang jujur dan memang dia dari kecil tidak suka boneka jenis apapun,
dikamarnya tak ada satupun aksesoris berbentuk boneka yang biasanya selalu ada
di kamar cewek. Dia hanya mengagumi pernak-pernik dari plastik. Dan keliatannya
anak itu sedikit kecewa mendengar jawaban dari Sinta, “lebih baik bonekanya
buat adekmu bisa, kan?” kata Sinta kemudian. “sebenernya saya suka sama kakak”
kata anak itu sambil mencoba menatap mata Sinta kemudian menunduk, mencoba
menatap kemudian menunduk lagi. Sinta hanya bisa tersenyum mendengar kalimat
itu dari adek kelas yang baru mengajaknya bicara beberapa menit yang lalu,
“mendingan kamu konsen studimu dulu ya, persaingan di SMA ketat banget. Aku
masuk dulu ya, maaf itu bonekanya.” Lanjut Sinta sambil masuk ke ruang drama. Anak
itu kembali memanggilnya “kak..” dan Sinta pun menengok ke arahnya “makasih ya
sarannya.” Katanya kemudian, dan Sintapun meninggalkannya sendirian dengan
boneka teddy berpita ungu yang dari tadi dipegangnya.
Sampai
dirumah, ia penasaran sama pemilik coklat berpita ungu yang diselipkan ke
ranselnya. Dilepasnya pita itu sembari membuka secuil kertas yang melekat pada
pita, kertas itu berisi
jika
kamu sudah membaca surat ini, tolong hubungi aku
0856851209XX
Sinta
langsung menghubungi nomor itu, dia kaget setelah melihat dilayar ponselnya
bahwa itu adalah nomor Juno yang notabene dia adalah ge-be-tan I-ta. Satelah
lama tak ada jawaban, ia langsung mematikan panggilan itu seraya mengirimkan pesan
padanya
Makasih
ya
Tak ada jawaban,
mungkin dia sedang belajar. Pikir Sinta. Tiba-tiba ada pesan masuk dari dia
Sama-sama,
kamu suka?
Ternyata dia tau apa
yang dimaksud Sinta
Sedikit.
Km juga kasih ke Ita kan?
Lama tak ada jawaban
Enggak
Sintapun menelepon
Juno
Sinta : “hei, maksudnya apa?”
Juno : “itu buat lu”
Sinta : “dalam rangka apa?”
Juno : “selamat hari kasih sayang ya”
Sinta : “harusnya lu bilang itu ke Ita”
Juno : “gue sayang elu”
Sinta : “lu mau hancurin persahabatan gua sama
Ita?”
Juno : “enggak, gue Cuma mau bilang itu aja. gue juga
gak berniat macarin lu setelah gue tau lu lagi suka sama anak kelas depan.”
Sinta : “makasih! Coklatnya gua balikin ke Ita,
besok! Gua bilang itu dari lu!”
Juno : “jangan dong, kan itu buat lu”
Sinta : “lu sayang gak sama Ita?”
Juno : “sedikit, banyakan ke lu. Gue deketin dia
biar bisa deket sama lu Sin”
Sinta : “kurang ajar lu, mau matahin hati sobat
gua? Jangan deketin kita lagi deh mendingan”
Juno : “jangan dong, gue akan coba sayang sama
Ita.”
Sinta : “OT!”
Juno : “Beneran Sin, gue janji. Gara-gara lu
dikasih coklat sama Josua tadi siang, gue ngerasa kalah. Lu lebih seneng dapet
coklat dari dia ketimbang gue dan itu ternyata bener, gue baru sadar kalo
selama ini gue salah sama Ita. Gue besok bakalan nembak Ita.”
Sinta : “jangan jadikan dia sebagai pelarian lo!”
Juno : “enggak Sin, gue tau lu gak bakal jadi
milik gue. Jadi gue mau nebus kesalahan gue ke Ita. Gue janji ke lu.”
Sinta : “omongan lu gua pegang. Buktiin tuh janji”
Juno : “oke. Thanks. Semoga lu dapetin dia.”
Tak
ada jawaban dari Sinta karna telpon udah ditutup duluan sama dia. Sinta gak
habis pikir gimana jadinya kalo Juno ngasih coklatnya tadi siang ketika masih
ada Ita disana. Bakal ada perang dunia dong antara Sinta dan Ita dan untungnya
hal itu gak terjadi. Setelah berpikir panjang, dia membaca pesan yang dari tadi
masuk ketika ia berbincang dengan Juno. Salah satunya ada si Ita, dia tanya
kenapa Juno sulit banget dihubungi karna dia lagi telponan. Dan Sinta gak
mungkin bilang kalo dia habis telponan sama Juno, ada pesan dari adek kelas
tadi tuh si Jordi, dia bilang bahwa meskipun dia gak bisa memiliki Sinta dia
gak bakalan frustasi. Emang penting buat gua? Gerutu Sinta dalam hati dan
seperti biasa, tak ada pesan masuk dari Josua seperti tadi siang. Yang terakhir
ada pesan masuk dari nomor yang tak bernama dan ia berkata bahwa
Mungkin
bagimu coklat perlambang kasih sayang
Mungkin
bagimu boneka sebagai pengantar tidurmu
Mungkin
bagimu lagu cinta dapat menggambarkan perasaanmu
Bahkan
ucapan valentine selalu kau dapatkan setiap harinya
Tapi
bagiku butuh keberanian untuk memberikan itu semua
Untukmu
…
Dan
ku rasa hanya ini yang dapat kusampaikan
Meski
bukan lewat coklat
Bukan
lewat boneka
Dan
bukan lewat lagu cinta
Selamat
hari kasih sayang, Sinta
-R-
R?
Sinta berpikir sejenak setelah membaca pesan itu. Sok tau banget sih gerutunya dalam hati, dan ia membalas pesan itu Makasih ya, kamu siapa? Namun tak ada
jawaban dari sang pemilik nomor, ia menebak apakah itu Josua? Tapi gak mungkin,
Sinta punya nomor ponsel Josua di kontak hp nya dan inisalnya R. Kemudian dia
tidur dan berharap esok takkan datang lebih cepat, wish nya pada saat malam
tahun baru lalu terwujud. Dia berharap mendapat hadiah valentine dari
seseorang, dan kini bukan hanya satu orang yang dia sukai, namun langsung dari
tiga cowok sekaligus dan ia tak menyangka sebelumnya. Dan yang terakhir dari
seseorang yang sengaja merahasiakan identitas dirinya, mungkin jika Sinta tak
mendapatkan coklat dari Josua, dia akan memberikan pesan serupa kepada Josua
dan akan merahasiakan identitasnya karena gak mau Josua tau kalo sebenernya Sinta
suka dengan Josua. Sinta terlelap dalam tidurnya, dan disisi lain Josua
berharap suatu saat nanti ia bisa mendapatkan Sinta dengan cara lain bukan saat
valentine. Disisi satunya, terdapat orang yang gelisah memikirkan pesan dari
Sinta yang tak segera dibalasnya dan akhirnya dia memutuskan untuk diam dan
memendam semuanya. Sendirian.
Komentar
Posting Komentar